Perbedaan
Antara Kita
Hey!!! Kenalin nama aku Zaenab. Aku
seorang muslimah. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Dari kesederhanaan
itulah aku dapat merasakan indahnya arti dari sebuah kebersamaan. Aku punya
sahabat cowok. Dia bernama Alex. Kami dekat sejak duduk di bangku kelas 7.
Tidak terasa sudah hampir 3 tahun lamanya aku dekat dengannya. Sudah lama juga
aku menyimpan perasaan kepadanya. Aku tidak ingin mengatakannya terlebih
dahulu, karena aku adalah seorang wanita muslimah. Bagiku tidak pantas bila aku
yang mengatakannya terlebih dahulu.
Hari ini seperti biasa aku pergi ke
sekolah. Pagi yang cerah menjadi penyemangat tersendiri bagiku. Sesampainya di
sekolah, tidak sengaja aku bertemu Alex di koridor sekolah. “Pagi Zaenab”
sapanya sambil melempar senyuman hangat kepadaku. “Pagi juga, Alex” balasku
dengan senyuman. Kami pun bersama – sama berjalan memasuki kelas. Beberapa
menit kemudian, bel masuk pun berbunyi, pelajaran jam ke 1 – 4 pun berjalan
dengan lancar hingga bel istirahat berbunyi.
Seperti biasa pada jam istirahat aku
dan Alex berdiam diri di kelas. Aku sangat malas harus berjalan menuju kantin
yang jaraknya jauh dari kelas dan harus mengantri ketika hendak membayar. Di
jam istirahat biasanya aku bercanda dengan Alex, membahas suatu topic yang lagi
tren, berbagi pengalaman, dll. Teman – temanku banyak yang mengira bahwa aku
berpacaran dengan Alex, isu itu pun sedikit demi sedikit menyebar. Aku ataupun
Alex tidak pernah lelah untuk memberikan konfirmasi mengenai hubunganku dengan
Alex yang sebenarnya.
Alex selalu memberi perhati lebih
kepadaku. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa aku menyukainya. Mungkin
dimata orang, Alex merupakan sosok laki – laki yang cacat perilaku, tapi tidak
denganku. Bagiku Alex adalah laki – laki yang baik, karena aku tau jati diri
Alex yang sesungguhnya.
Sepulang sekolah, seperti biasa aku
berkomunikasi dengan Alex melalui jejaring sosial. Selalu ada saja tingkah Alex
yang membuatku tertawa. Entah itu secara langsung atau tidak langsung. Aku
sangat takut kehilangan Alex. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya
bila Alex memutuskan untuk meninggalkanku. Sungguh itu hal yang sangat
mengerikan seumur hidupku.
Sampai dimana hari yang sangat aku
takutkan datang. Aku tidak menyangka semuanya akan terjadi. Apa yang aku
takutkan terjadi begitu saja. Hari ini Alex menemuiku. Sudah ku duga sesuatu
yang buruk akan menimpaku. Alex pun memulai pembicaraan dengan nada berat,
“Makasih buat semuanya ya, Zaenab. Makasih kamu udah jadi sahabat terbaikku.
Jujur, selama aku kenal kamu, aku deket kamu, aku ngerasa nyaman. Karena kamu,
aku berubah. Karena kamu, aku menjadi sedikit lebih baik. Kamu membawa dampak
positif buat aku, Zaenab. Aku gak tau gimana caranya balas semua kebaikanmu”.
“Maksud kamu ngomong gitu apa?” Tanya
ku dengan kekhawatiran yang sangat mendalam.
“Persahabat kita gak bisa
dilanjutin” Jawabnya dengan berat hati.
“Kamu ngomong apa sih, Lex?” ucapku
dengan nada tak percaya.
“Persahabat kita sampe disini”
Lanjut Alex.
“Tapi kenapa?” Tanyaku sedikit marah.
“Kita punya banyak perbedaan,
Zaenab. Aku gak pantas buat kamu. Aku punya banyak kekurangan” Ucapnya dengan
nada penuh penekanan.
“Manusia gak ada yang sempurna,
Alex. Aku bisa nerima semua kekuranganmu” Ucapku penuh penekanan.
“kita berbeda, Zaenab. Udah saatnya
kita berpisah. Kita berbeda. Agama kita beda, status sosial kita beda. Kamu
wanita yang baik, Zaenab. Kamu punya hati yang mulia, kamu seorang muslimah,
kamu dari keluarga yang cukup, kamu pintar, kamu cerdas, kamu gak pernah macam
– macam. Beda sama aku, aku cowok yang nakal, aku pernah ngerokok bahkan minum
– minuman, aku cowok yang bodoh, perilaku ku buruk, dan semua orang tau aku itu
cowok yang buruk. Aku gak pantas buat kamu, Zaenab” Ucap Alex
“Perbedaan diantara kita bukan
sebuah alasan untuk mengakhiri persahabatan kita, Alex. Kamu cowok yang baik,
kamu gak seburuk apa yang kamu pikirkan. Biarlah orang menilaimu sesuka hati
mereka, tapi kamu juga harus tau jika dirimu itu adalah Alex yang baik. Dan
kamu gak boleh…..…”
“Ini pilihan terbaik, Zaenab” Potong
Alex.
Tak terasa mataku telah menjatuhkan
butiran – butiran air, “Ini bukan pilihan Alex, ini keputusan satu pihak.
Pliss… jangan lakukan itu” pintaku dengan isakan tangis.
“Maaf, Zaenab. Ini keputusan ku, ini
yang terbaik untukmu” Ucap Alex seraya berdiri dari duduknya. “ Alex, ini bukan
yang terbaik!” Elakku dengan paksa. Alex tak lagi menghiraukanku yang menangis,
Alex tetap melangkahkan kakinya menjauhiku. Alex tetap berjalan meninggalkanku,
kakinya tak mau berhenti, karena Alex tidak bisa mendengarkan hatiku yang
sedang berteriak, “Berhenti Alex! Aku mencintaimu!”
Semenjak kejadian itulah, Alex tak
lagi menyapaku. Bahkan dia tidak pernah lagi tersenyum padaku. Jangankan
tersenyum padaku, Alex tidak menganggapku ada sekalipun aku berdiri tepat di
hadapannya. Sungguh ini sangat menyakitkan. Aku juga tidak tau apa penyebab
Alex membuat keputusan seperti ini. Tapi inilah takdir dari Tuhan. Aku percaya,
selalu ada rencana indah dari Tuhan dibalik ini semua. “Be strong, Zaenab”
Ucapku dalam hati. :’)
Tamat
Butuh saran dan kritik, Kawan! :)
Terima kasih sudah mau membaca cerpen ini :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar