Kamis, 19 November 2015

Cerpen "Perbedaan Antara Kita"



Perbedaan Antara Kita

            Hey!!! Kenalin nama aku Zaenab. Aku seorang muslimah. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Dari kesederhanaan itulah aku dapat merasakan indahnya arti dari sebuah kebersamaan. Aku punya sahabat cowok. Dia bernama Alex. Kami dekat sejak duduk di bangku kelas 7. Tidak terasa sudah hampir 3 tahun lamanya aku dekat dengannya. Sudah lama juga aku menyimpan perasaan kepadanya. Aku tidak ingin mengatakannya terlebih dahulu, karena aku adalah seorang wanita muslimah. Bagiku tidak pantas bila aku yang mengatakannya terlebih dahulu.
            Hari ini seperti biasa aku pergi ke sekolah. Pagi yang cerah menjadi penyemangat tersendiri bagiku. Sesampainya di sekolah, tidak sengaja aku bertemu Alex di koridor sekolah. “Pagi Zaenab” sapanya sambil melempar senyuman hangat kepadaku. “Pagi juga, Alex” balasku dengan senyuman. Kami pun bersama – sama berjalan memasuki kelas. Beberapa menit kemudian, bel masuk pun berbunyi, pelajaran jam ke 1 – 4 pun berjalan dengan lancar hingga bel istirahat berbunyi.
            Seperti biasa pada jam istirahat aku dan Alex berdiam diri di kelas. Aku sangat malas harus berjalan menuju kantin yang jaraknya jauh dari kelas dan harus mengantri ketika hendak membayar. Di jam istirahat biasanya aku bercanda dengan Alex, membahas suatu topic yang lagi tren, berbagi pengalaman, dll. Teman – temanku banyak yang mengira bahwa aku berpacaran dengan Alex, isu itu pun sedikit demi sedikit menyebar. Aku ataupun Alex tidak pernah lelah untuk memberikan konfirmasi mengenai hubunganku dengan Alex yang sebenarnya.
            Alex selalu memberi perhati lebih kepadaku. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa aku menyukainya. Mungkin dimata orang, Alex merupakan sosok laki – laki yang cacat perilaku, tapi tidak denganku. Bagiku Alex adalah laki – laki yang baik, karena aku tau jati diri Alex yang sesungguhnya.
            Sepulang sekolah, seperti biasa aku berkomunikasi dengan Alex melalui jejaring sosial. Selalu ada saja tingkah Alex yang membuatku tertawa. Entah itu secara langsung atau tidak langsung. Aku sangat takut kehilangan Alex. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila Alex memutuskan untuk meninggalkanku. Sungguh itu hal yang sangat mengerikan seumur hidupku.
            Sampai dimana hari yang sangat aku takutkan datang. Aku tidak menyangka semuanya akan terjadi. Apa yang aku takutkan terjadi begitu saja. Hari ini Alex menemuiku. Sudah ku duga sesuatu yang buruk akan menimpaku. Alex pun memulai pembicaraan dengan nada berat, “Makasih buat semuanya ya, Zaenab. Makasih kamu udah jadi sahabat terbaikku. Jujur, selama aku kenal kamu, aku deket kamu, aku ngerasa nyaman. Karena kamu, aku berubah. Karena kamu, aku menjadi sedikit lebih baik. Kamu membawa dampak positif buat aku, Zaenab. Aku gak tau gimana caranya balas semua kebaikanmu”.
            “Maksud kamu ngomong gitu apa?” Tanya ku dengan kekhawatiran yang sangat mendalam.
            “Persahabat kita gak bisa dilanjutin” Jawabnya dengan berat hati.
            “Kamu ngomong apa sih, Lex?” ucapku dengan nada tak percaya.
            “Persahabat kita sampe disini” Lanjut Alex.
            “Tapi kenapa?” Tanyaku sedikit marah.
            “Kita punya banyak perbedaan, Zaenab. Aku gak pantas buat kamu. Aku punya banyak kekurangan” Ucapnya dengan nada penuh penekanan.
            “Manusia gak ada yang sempurna, Alex. Aku bisa nerima semua kekuranganmu” Ucapku penuh penekanan.
            “kita berbeda, Zaenab. Udah saatnya kita berpisah. Kita berbeda. Agama kita beda, status sosial kita beda. Kamu wanita yang baik, Zaenab. Kamu punya hati yang mulia, kamu seorang muslimah, kamu dari keluarga yang cukup, kamu pintar, kamu cerdas, kamu gak pernah macam – macam. Beda sama aku, aku cowok yang nakal, aku pernah ngerokok bahkan minum – minuman, aku cowok yang bodoh, perilaku ku buruk, dan semua orang tau aku itu cowok yang buruk. Aku gak pantas buat kamu, Zaenab” Ucap Alex
            “Perbedaan diantara kita bukan sebuah alasan untuk mengakhiri persahabatan kita, Alex. Kamu cowok yang baik, kamu gak seburuk apa yang kamu pikirkan. Biarlah orang menilaimu sesuka hati mereka, tapi kamu juga harus tau jika dirimu itu adalah Alex yang baik. Dan kamu gak boleh…..…”
            “Ini pilihan terbaik, Zaenab” Potong Alex.
            Tak terasa mataku telah menjatuhkan butiran – butiran air, “Ini bukan pilihan Alex, ini keputusan satu pihak. Pliss… jangan lakukan itu” pintaku dengan isakan tangis.
            “Maaf, Zaenab. Ini keputusan ku, ini yang terbaik untukmu” Ucap Alex seraya berdiri dari duduknya. “ Alex, ini bukan yang terbaik!” Elakku dengan paksa. Alex tak lagi menghiraukanku yang menangis, Alex tetap melangkahkan kakinya menjauhiku. Alex tetap berjalan meninggalkanku, kakinya tak mau berhenti, karena Alex tidak bisa mendengarkan hatiku yang sedang berteriak, “Berhenti Alex! Aku mencintaimu!”
            Semenjak kejadian itulah, Alex tak lagi menyapaku. Bahkan dia tidak pernah lagi tersenyum padaku. Jangankan tersenyum padaku, Alex tidak menganggapku ada sekalipun aku berdiri tepat di hadapannya. Sungguh ini sangat menyakitkan. Aku juga tidak tau apa penyebab Alex membuat keputusan seperti ini. Tapi inilah takdir dari Tuhan. Aku percaya, selalu ada rencana indah dari Tuhan dibalik ini semua. “Be strong, Zaenab” Ucapku dalam hati. :’)

Tamat



Butuh saran dan kritik, Kawan! :)
Terima kasih sudah mau membaca cerpen ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Parasitologi "Kelas Rhizopoda"

Protozoa (Berdasarkan Alat Gerak) Kelas Rhizopoda (Gerak semu / pseudopodi)     Kelas Rhizopoda berdasarkan habitatnya dibagi...